Rabu, 20 Mei 2009

Asesmen Alternatif

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dari hasil pengamatan di lapangan (terutama terhadap pembelajaran matematika), proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata hanya menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tertulis obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Hal ini didukung oleh penelitian Nuryani, dkk (dalam Mulyana, 2005 dalam sudihartinih.blogspot.com/2009/02/assesmen-konvebsional.html) yang mengemukakan bahwa pengujian yang dilakukan selama ini baru mengukur pengusaan materi saja dan itu pun hanya meliputi ranah kognitif tingkat rendah. Keadaan semacam ini merupakan salah satu penyebab guru enggan melakukan kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses pada siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan umumnya hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks. Keadaan faktual ini mendorong siswa untuk menghafal pada setiap kali akan diadakan tes harian atau tes hasil belajar. Padahal untuk anak jenjang sekolah dasar yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya kritis anak terhadap suatu masalah.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya proses penilaian yang tidak hanya mengukur satu aspek kognitif saja, akan tetapi juga perlu adanya penilaian baru yang bisa mengukur aspek sikap dan proses atau kinerja siswa secara aktual yang dapat mengukur kemampuan hasil belajar peserta didik secara holistik atau keseluruhan. Sehingga diperlukan bentuk asesmen lain yang disebut asesmen alternatif.

Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan asesmen alternative?
2. Apa sajakah macam-macam bentuk penilaian dalam asesmen alternative berdasarkan alat penilaian?
3. Apakah hubungan antara asesmen alternative dengan asesmen tradisional?

Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan asesmen alternative.
2. Dapat mengetahui macam-macam bentuk penilaian dalam asesmen alternative berdasarkan alat penilaian.
3. Dapat mengetahui hubungan antara asesmen alternative dengan asesmen tradisional.
























BAB I
PENDAHULUAN

A. Asesmen Alternatif (Alternative Assessment)
Hakikat Asesmen Alternatif
Menurut Blaustein, D. et al. dalam Sudjana (2008:45) “Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu”. Dalam mengumpulkan informasi ini guru biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut dengan asesmen formal atau asesmen konvensional. Disebut demikian karena metode inilah yang biasa digunakan oleh guru. Metode paper and pencil test hanya dapat mengukur kemampuan kognitif peserta didik namun belum dapat mengukur hasil belajar peserta didik secara holistik. Apabila perubahan kurikulum di Indonesia ditelaah lebih jauh, maka dapat dipahami perubahan tersebut tidak hanya dipandang sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan perkembangan zaman, tetapi juga pergeseran paradigma. Selanjutnya implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses asesmen yang dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Dengan demikian dalam melakukan asesmen guru memerlukan instrumen selain paper and pencil test, artinya diperlukan asesmen yang lain atau alternatif. Asesmen alternatif tidak menghilangkan asesmen dengan metode paper and pencil test, tetapi merupakan bentuk asesmen lain yang dapat mengukur kemampuan peserta didik yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian konvensional.
Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk mengases kinerja atau hasil belajar peserta didik. Ada kalanya asesmen alternatif juga dapat disebut dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja.

Asesmen Otentik (Authentic Assessment)
Implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses asesmen yang dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus:
a. Mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix)
yang menjamin pengalaman belajar yang terarah
b. Mengembangkan asesmen otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Asesmen otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah dikuasai dengan baik dan dicapai.
Penilaian otentik sebagai bentuk asesmen dimana peserta didik diminta untuk menunjukkan tugas-tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (real-world task) yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan
keterampilannya (Authentic Assesment Tool Home Page).( John Mueller)
Di dalam asesmen otentik, proses asesmennya seringkali didasarkan pada performa (kinerja) peserta didik. Peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka atau kemampuan (kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka hadapi. Asesmen otentik dilakukan untuk mendapat sesuatu yang bertujuan:
a. Mengembangkan respon peserta didik daripada menyeleksi pilihan-pilihan yang sudah ditentukan sebelumnya.
b. Menunjukkan cara berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).
c. Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat holistik atau menyeluruh.
d. Mensintesis dengan pembelajaran di kelas.
e. Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas peserta didik (portofolio) dalam jangka waktu tertentu.
f. Memberikan kesempatan untuk melakukan asesmen secara beragam.
g. Didasarkan dari kriteria yang jelas yang diketahui oleh peserta didik.
h. Berhubungan erat dengan belajar di kelas.
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi pekerjaannya.
Adapun prinsip-prinsip asesmen otentik adalah:
a. Proses asesmen harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction)
b. Pengasesan harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems)
c. Pengasesan harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
d. Pengasesan harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).
Deskripsi cara melakukan asesmen otentik dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi standar yang akan diberikan kepada peserta didik.
b. Mengembangkan tugas-tugas atau bentuk kegiatan (task) untuk peserta didik, sehingga peserta didik diharapkan dapat menunjukkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi atau ditentukan.
c. Mengidentifikasi karakteristik dari performa yang baik atau kriteria untuk setiap tugas atau kegiatan yang telah ditentukan serta kriteria yang akan ditunjukkan oleh peserta didik ketika telah menguasai seluruh standar kompetensi.
d. Untuk setiap kriteria, dilakukan identifikasi dua atau lebih tingkat performa peserta didik yang dapat membedakan performa setiap peserta didik yang berbeda disebut rubrik.
Manfaat penilaian otentik bagi siswa, antara lain sebagai berikut:
a. dapat mengungkapkan pemahaman siswa secara keseluruhan atau utuh,
b. menghubungkan apa yang dipelajari dengan pengalaman mereka sendiri,
c. melatih siswa untuk mengumpulkan informasi, menggunakan sumber belajardan berpikir secara sistematik,
d. menajamkan daya piker, lebih kritis dan berpikir ke tingkat lebih tinggi
e. memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan dapat melakukan pilihan,
f. belajar untuk evaluasi diri dan melakukan refleksi.

B. Macam-macam Bentuk Penilaian dalam Asesmen Alternative Berdasarkan Alat Penilaian.
Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide for Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen alternative berupa asesmen kinerja (Performance Assessment), asesmen informal (informal assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek (Project) , investigasi atau penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, dan Evaluasi diri oleh siswa (Self Evaluation). Namun pada makalah ini hanya akan dibahas tiga jenis lima jenis bentuk penilaian.
a. Asesmen Informal (Informal Assessment)
Asesmen informal adalah asesmen yang dilakukan secara spontan atau tidak direncanakan dan ketika asesmen ini dilakukan, peserta didik tidak menyadari bahwa mereka sedang dinilai dengan kata lain asesmen informal dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Ada dua jenis strategi yang digunakan dalam asesmen informal ini yaitu observasi guru (teacher observations) dan pertanyaan dari guru (teacher questions).
1) Observasi guru (teacher observations)
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Salah satu contohnya dengan format buku catatan harian. selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan.
Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya atau dalam keadaan tertentu.
2) Pertanyaan langsung (teacher questions)
Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.


Adapun kelebihan dari asesmen informal ini antara lain:
a. Pendidik dapat melakukan pengasesan secara terus-menerus, mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.
b. Dalam melakukan pengamatan untuk pengasesan berjalan secara alami atau spontan sesuai dengan kondisi, tanpa ada perencanaan sebelumnya.
c. Bentuk pengasesan bisa bervariasi sesuai dengan kondisi kelas.

Kelemahan dari asesmen informal antara lain :
a. Dalam asesmen informal dibutuhkan penarikan kesimpulan dari catatan sehari-hari yang telah terkumpul.
b. Asesmen ini seringkali terlupakan oleh para pendidik karena dilakukan secara spontan dan terus-menerus.
c. Terkadang pendidik tidak menyediakan cukup waktu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jadi disini siswa dituntut untuk secara spontan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

b. Asesmen Unjuk Kerja atau Asesmen Kinerja (Performance Assessment)
1) Pengertian
Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen perbuatan (unjuk kerja). Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang peserta didik.
Menurut Hibbard (1995) tugas-tugas kinerja menghendaki:
a) Penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainnya
b) Budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah
c) Literasi sains.
Asesmen kinerja (Performance Assessment) pada dasarnya adalah asesmen autentik, karena dalam asesmen ini peserta didik dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan keterampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata (NSTA, 2002).

Asesmen unjuk kerja merupakan proses asesmen yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Asesmen ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll.
Asesmen unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan diases dalam kinerja tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d) Mengupayakan kemampuan yang akan diases tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan diases diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

Asesmen kinerja ini memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut:
a) Membolehkan peserta didik untuk menunjukkan secara langsung kinerja atau kemampuannya
b) Membutuhkan beberapa prosedur asesmen subjektif (misalnya dengan menggunakan skala rata-rata (rating scales), daftar cek (checklist) atau rubrik (rubrics)
c) Ada kesempatan yang besar untuk mengembangkan asesmen kinerja ini dalam proses pembelajaran

Jika dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian kinerja memiliki beberapa penekanan, yaitu:








Tabel 1. Perbandingan antara Asesmen kinerja dengan tes konvensional
Asesmen Kinerja
Tes Konvensional
1.Mementingkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuannya menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan
2.Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang pada siswa yang sama atau siswa baru
3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja peserta didik dan memetakan kemajuan siswa sepanjang waktu
4. Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja peserta didik.
1. Lebih mengutamakan pemahaman konsep peserta didik
2. Membutuhkan waktu yang banyak untuk pelaksanaannya lebih cepat dan dapat digunakan untuk peserta didik dengan jumlah banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok peserta didik
3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja peserta didik tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended)
4. Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran

2) Metode Menggunakan Asesmen Kinerja
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan ketika menggunakan asesmen kinerja. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mempelajari prosedur asesmen kinerja ini. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja yang baik antara lain:
a) Mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.
b) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik
c) Mengusahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama peserta didik melaksanakan tugas
d) Mendefinisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan peserta didik yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan
e) Mengurutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati
f) Jika ada, memeriksa kembali dan membandingkan dengan kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

3) Metode penyekoran kinerja siswa
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengases kemampuan lompat jauh peserta didik misalnya dilakukan pengamatan atau observasi yang beragam, seperti: teknik mengambil awalan, teknik tumpuan, sikap/posisi tubuh saat di udara, teknik mendarat. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat ukur atau instrumen berikut:
a) Daftar Cek (Check-list)
Asesmen unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Asesmen unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh pengases. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.
b) Skala Penilaian (Rating Scale)
Asesmen unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan pengases memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.
Pada alat penyekoran berupa skala penilaian ini terdapat jenis lain yaitu berupa rubrik (rubrics). Heidi Goodrich Andrade (1997) mendefinisikan rubrik sebagai suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung. American Association for Advacement of Science mendefinisikan rubric adalah suatu petunjuk penskoran yang dapatmembedakan dalam hal skala yang diartikulasikan, di antara sekelompok perilak-perilaku yang sederhana atau kejadian-kejadian yang telah terjadi yang direspons pada saat itu juga. Jadi, rubrik adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau menempatkan posisi siswa dapat pula diartikan sebagai suatu pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) siswa dalam mengerjakan tugas. Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai siswa secara relatif. Deskripsi kinerja ini dapat membantu evaluator untuk mencari karakteristik kinerja siswa. Ada dua jenis rubrik yaitu analytic rubric dan holistic rubric.

4) Kelebihan dan Kekurangan
Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut:
a) Dapat mengetahui hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes tradisional (paper and pencil test).
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa asesmen kinerja menuntut jenis kinerja yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Tes tradisional lebih menekankan pada apa yang diketahui oleh peserta didik (kemampuan kognitif saja) dengan jawaban benar atau salah. Dengan demikian, pencil and paper test hanya mengukur satu aspek saja. Sedangkan asesmen kinerja menuntut berbagai kemampuan dari hasil belajar. Misalnya, kinerja peserta didik dalam membuat karangan dapat mengukur berbagai hasil belajar. Di antara kemampuan yang dapat dinilai dari mengarang misalkan, kemampuan kosakata, kemampuan merangkai kata, kemampuan mengungkapkan gagasan, kemampuan berimajinasi, kemampuan menulis.
b) Menyajikan suatu evaluasi yang lebih hakiki, langsung dan lengkap dari beberapa tipe keterampilan mengungkapkan alasan, keterampilan lisan dan keterampilan fisik.
Beberapa keterampilan yang berupa kemampuan lisan maupun fisik dapat diukur dengan asesmen kinerja. Kemampuan berbahasa, misalkan dapat mengukur kemampuan lisan yang secara langsung dapat dievaluasi. Kemampuan lisan yang dimaksud, misalkan kemampuan melafalkan kata-kata asing yang tepat sesuai dengan kaidah-kaidah pelafalan dari bahasa asing tersebut.
c) Menyajikan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik dengan tujuan-tujuan yang jelas dan membuat pembelajaran lebih berarti.
Dalam asesmen kinerja ada proses dialog antara guru dan peserta didik. Guru dapat merumuskan tujuan belajar secara bersama-sama dengan peserta didik. Kreativitas dan kemandirian belajar peserta didik merupakan factor yang penting dalam asesmen kinerja. Dengan adanya keterlibatan langsung peserta didik dalam perumusan tujuan belajar, peserta didik akan lebih tahu apa yang seharusnya ia lakukan sehingga dengan cara seperti ini motivasi belajar peserta didik akan tinggi dan pembelajaran menjadi lebih berarti.
d) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
Asesmen kinerja lebih menekankan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik, bukan pada apa yang dapat diketahui oleh peserta didik. Untuk kerja yang ditunjukkan oleh peserta didik dapat ditekankan pada kehidupan yang nyata. Misalkan, seorang guru di sekolah dasar menugaskan kepada peserta didik untuk melakukan observasi tentang kehidupan tetangga di sekitarnya.
e) Dapat dijadikan informasi sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan dalam pembelajaran selanjutnya.

Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut:
a) Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam penggunaannya.
Asesmen kinerja tidak bisa disusun dengan waktu yang tergesa-gesa. Apabila disusun dengan waktu yang tergesa-gesa akan menghasilkan suatu perangkat pengasesan yang tidak akan handal dan tidak akan mencapai sasaran tujuan yang dikehendaki. Dibutuhkan perhatian yang sangat besar bagi guru dalam penggunaannya, tidak bisa ditunda-tunda pada saat guru harus membuat laporan dari hasil penilaiannya. Penundaan pembuatan laporan akan menimbulkan bias sehingga hasil pembelajaran itu menjadi tidak berarti.
b) Asesmen dan penyekoran kinerja subjektif, memberatkan dan secara khusus memiliki reliabilitas yang rendah.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa asesmen kinerja berbeda dengan pencil and peper test yang dapat diases dengan angka, sedangkan asesmen kinerja membutuhkan pengasesan diri dari manusia (pengases) sehingga hasilnya akan subjektif. Dampak dari subjektivitas akan menimbulkan reliabilitas yang rendah. Subjektivitas bisa diminimalkan dengan cara guru harus membuat kriteria yang jelas dan eksplisit dalam membuat asesmen.
c) Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih daripada dalam kelompok.
Asesmen kinerja lebih menuntut asesmen secara individual daripada kelompok. Pekerjaan seperti ini membutuhkan waktu yang banyak bahkan biaya yang cukup besar sehingga apabila guru mengerjakannya dengan tidak serius akan menjadi pekerjaan yang sia-sia.

c. Asesmen Portofolio (Portofolio Assessment)
1) Pengertian
Portofolio merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “portfolio”yang berarti kumpulan berkas atau arsip yang disimpan dalam bentuk jilidan seperti map. Menurut Basuki (2009:104), dalam kaitan dengan penilaian, portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil karya seseorang baik dalam bentuk tertulis, karya seni, maupun berbagai penampilan yang tersimpan dalam bentuk kaset video atau video. Namun portofolio tidak kumpulan karya seseorang. Portofolio perlu ditata sesuai dengan tujuan penilaian. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Dalam asesmen portofolio guru berperan sebagai fasilitator. Siswa lebih banyak dituntut aktivitasnya sehingga menuntut kemandirian yang merupakan tanggung jawab siswa. Oleh karena sebagai fasilitator maka guru harus mendorong tanggung jawab tersebut.
Sebagaimana telah dikemukakan asesmen portofolio adalah asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematik yang menunjukkan dan membuktikan upaya belajar, hasil belajar, proses belajar dan kemajuan (progress) yang dilakukan siswa dalam jangka waktu tertentu. Koleksi atau kumpulan hasil karya peserta didik menuntut partisipasi penuh peserta didik untuk turut menentukan kriteria dan pemilihan bahan yang akan dimasukkan dalam portofolio.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, misalnya berupa rekaman perkembangan belajar dan psikososial anak (developmental), catatan prestasi khusus yang dicapai siswa (showcase), catatan menyeluruh kegiatan belajar siswa dari awal sampai akhir (comprehensive), atau kumpulan tentang kompetensi yang telah dikuasai anak secara kumulatif (exit), karangan, puisi, surat, dan lain-lain.
Harus dibedakan pengertian antara portofolio sebagai koleksi hasil karya yang ditempatkan dalam satu folder, dengan portofolio sebagai model asesmen untuk memantau perkembangan dan meningkatkan kinerja peserta didik dalam pendidikan persekolahan yang biasa disebut dengan asesmen portofolio.

Tabel 1.2 Perbedaan Portofolio sebagai koleksi karya dan Asesmen portofolio
Portofolio sebagai koleksi karya
Asesmen portofolio
· Sebagai contoh keterampilan yang representatif
· Sebagai landasan untuk mencapai tingkat penguasaan berikutnya
· Sebagai ranah yang telah dikembangkan
· Sebagai ranah yang harus dikembangkan
· Sebagai bukti kemampuan yang dimiliki
· Sebagai pencatatan kemampuan yang telah dicapai
· Sebagai bahan yang akan dibahas
· Sebagai bahan untuk penyempurnaan instrument
· Sebagai bahan laporan
· Sebagai bahan untuk menyesuaikan kurikulum

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan asesmen portofolio di sekolah, antara lain:
a) Portofolio hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelas
b) Informasi atau hasil karya yang didokumentasikan dapat berasal dari semua orang yang mengetahui peserta didik secara baik, seperti guru, rekan sesama peserta didik, guru dalam mata pelajaran lain.
c) Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi, seperti karangan, hasil lukisan, skor tes, foto hasil karya, dan lain-lain.
d) Kualitas portofolio harus senantiasa ditingkatkan dari waktu ke waktu berdasarkan hasil karya yang memenuhi kriteria.
e) Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang sangat berbeda dengan mata pelajaran lainnya.
f) Portofolio harus terbuka bagi orang-orang yang secra langsung berkepentingan dengan hasil karya, seperti guru, sekolah, orang tua peserta didik, dan peserta didik itu sendiri.
2) Metode Menggunakan Asesmen Portofolio
Dalam menggunakan asesmen portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
b) Menentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
c) Mengumpulkan dan menyimpan karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
d) Memberi tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
e) Menentukan kriteria pengasesan sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Mendiskusikan cara penngasesan kualitas karya para peserta didik.
Contohnya Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
f) Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
h) Bila perlu, menjadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu,mengundang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
3) Jenis-jenis Portofolio
a. Portofolio Proses
Portofolio jenis ini berisi seluruh pekerjaan siswa dalam bidang tertentu dan dalam kurun waktu tertentu. Portofolio jenis ini berisi tahapan pengalaman siswa dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
Portofolio jenis ini dapat menggambarkan keseluruhan proses dan perkembangan siswa, kesulitan yang dialami siswa, tahapan pengalaman yang dialami siswa, serta kemampuan siswa mencapai suatu tujuan pembelajaran.
b. Portofolio Pameran
Portofolio jenis ini berisi hasil terbaik dari karya siswa yang akan dipamerkan kepada kepala sekolah, orangtua maupun masyarakat. Portofolio jenis ini berfungsi sebagai etalase yang memamerkan barang dagangan tertentu. Portofolio jenis ini cenderung berupa produk akhir. Selain itu, fungsi dari portofolio jenis ini adalah memberikan penghargaan dan meningkatkan harga diri siswa melalui publikasi karya-karyanya.
c. Portofolio Refleksi
Portofolio jenis ini memfokuskan pada refleksi proses dan hasil belajar yang telah dilakukan. Portofolio jenis ini berisi kumpulan proses dan hasil pekerjaan siswa dalam bidang tertentu dalam kurun waktu tertentu, penilaian diri oleh siswa terhadap karya yang dihasilkan, penilaian guru terhadap karya siswa, dan simpulan tentang kualitas dan hasil. Portofolio ini digunakan oleh guru sebagai alat penilaian dan juga untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.

4) Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Portofolio
Adapun kelebihan dari Asesmen Portofolio antara lain:
a) Kemajuan belajar peserta didik setiap saat dapat dilihat secara jelas
b) Fokus pada hasil kerja peserta didik yang terbaik memberikan suatu pengaruh yang positif bagi pembelajaran
c) Pembandingan hasil kerja peserta didik masa lalu dengan sekarang memberikan motivasi yang besar daripada membandingkan antar hasil kerja peserta didik yang satu dengan yang lainnya.Pembandingan seperti ini akan menunjukkan perkembangan pekerjaan peserta didik dari waktu ke waktu.
d) Keterampilan-keterampilan asesmen pribadi ditingkatkan melalui seleksi contoh-contoh hasil kerja yang terbaik dan memberikan penilaian pada pilihan.
e) Menyajikan penilaian terhadap perbedaan individu
f) Menyajikan komunikasi yang jelas dalam kemajuan belajar pada peserta didik, orang tua dan lainnya.

Adapun kelebihan dari asesmen portofolio adalah :
a) Tidak boleh digunakan sebagai arti yang sesungguhnya dari penilaian.
Oleh karena asesmen portofolio merupakan salah satu dari jenis asesmen alternatif, maka asesmen ini digunakan untuk mengatasi kekurangan dari pencil and paper test. Jadi, asesmen portofolio bukan dijadikan sebagai satu-satunya sumber untuk membuat keputusan tentang hasil belajar peserta didik.
b) Membutuhkan banyak waktu.
Oleh karena asesmen portofolio membutuhkan waktu bagi guru dan peserta didik serta orang tua bila perlu untuk mengkomunikasikan hasil belajar peserta didik secara individu, maka asesmen portofolio ini cenderung membutuhkan banyak waktu.
c) Kesubjektivitasan seringkali menimbulkan masalah pada validitas dan reabilitas.
Dalam mengases portofolio tentu ada unsur subjektivitas dari penilai, karena dalam asesmen ini cara pengasesannya berbeda dengan pencil and paper test yang memiliki satu jawaban yang pasti benar, dengan kata lain sudah ada tolak ukur benar dan salahnya. Oleh karena pengasesannya dilakukan secara subjektif maka validitas dan reliabilitasnya ada kemungkinan berkurang
Jurnal
Dalam Basuki (2009:54) menyatakan bahwa “jurnal merupakan catatan harian yang digunakan siswa untuk menulis respon, komentar, apa yang dipikirkan siswa tentang pembeljarannya yang dialami, perasaan personal siswa terhadap pembelajaran atau refleksi siswa terhadap keseluruhan proses pembelajaran”.
Jurnal dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang persepsi interpretasi, harapan dan kesulitannya. Jurnal memberikan memberikan informasi tentang minat, respon, dan pemahaman siswa. Aspek yang ditulis perlu dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan agar penulisan jurnal dapat terfokus dan mudah dianalisis. Berikut ini adalah contoh jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran membaca:
Emosi, pengalaman
Bagaimana perasaan saya tentang penampilan dan isi buku ini?
hubungan
Apa yang sudah saya ketahui tentang bacaan dan apa hubungannya dengan apa yang saya baca?
Deskripsi dan analisis
Apa isi bacaan? Bagaimana isi bacaan dikembangkan?
Interpretatif
Apa maksud penulis mengemukakan gagasan dalam bacaan? Apa yang dapat dihilangkan atau ditambahkan dari bacaan tersebut?
Evaluatif
Apa kelebihan dan kekurangan bacaan dari segi kebermaknaan isi dan kejelasan isi?
Reflektif
Apa yang akan saya kerjakan setelah membaca? Atau pertanyan-pertanyaan yng saya miliki berkaitan dengan bacaan?

Wawancara
Menurut Sudijono (2008:82) yang dimaksud wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapakan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Melalui wawancara data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi.
Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara berstruktur dan wawancara bebas.
a. wawancara berstruktur
Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternative jawaban yang dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.
b.wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, jawaban tidak perlu perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengungkapkan pendapatnya. Keuntungannya adalah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerja keras dalam menganalisisnya sebab jawabannya beraneka ragam.
Menurut Sudjana (2008:68), Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara yaitu tahap awal pelaksanaan wawancara, penggunaan pertanyaan, serta pencatatan hasil wawancara.
Pada tahap awal wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara. Setelah kondisi awal cukup baik, barulah diajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis. Kemudian pada tahap terakhir, adalah mencatat hasil wawancara. Hasil wawancara sebaiknya dicatat pada saat itu juga agar tidak lupa. Mencatat hasil wawancara berstruktur cukup mudah sebab tinggal memberikan tanda pada alternative jawaban. Sedangkan pada wawancara terbuka kita perlu mencatat pokok-pokok isi jawaban siswa pada lembar tersendiri.



Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.Sudjana (2009:84) mengungkapkan observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasidan penggunaan alat peragapada waktu mengajar.
Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi dengan alat dan observasi partisipasi.
a. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi ynga sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
b.Observasi tidak langsung adalah observasi yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti mikroskop untuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
c. Observasi partisipasi berarti pengamat harus melihat diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.
Kelebihan dari Observasi:
a. Data observasi itu diperoleh secara langsung di lapangan yakni dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan atau ekspresi peserta didik di dalam melakukan sesuatu, sehingga data tersebut lebih bersifat obyektif.
b.Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik.
Kelemahan dari observasi:
a. Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan dengan baikdan benar oleh pengajar.
b.Kepribadian dari observer atau evaluator juga sering mewarnai atau menyelinap masuk ke dalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-prasangka yang mungkin melekat pada diri observer dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
c. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap “kulit luar”nya saja.


D. Hubungan antara Asesmen Alternatif dengan Asesmen Tradisional
Sebagai dasar utama dalam mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan, beberapa tahun lalu guru selalu melakukan paper and pencil test (tes tertulis) pada peserta didiknya. Oleh karena itu, guru menggunakan asesmen tradisional. Namun, tes tertulis (paper and pencil test) yang sudah biasa dilakukan oleh guru ini tidak mampu mengukur kemampuan hasil belaja peserta didik secara keseluruhan dengan kata lain tes ini hanya mampu mengukur kemampuan kognitif peserta didik saja sehingga tidak dapat menilai secara holistik atau menyeluruh.
Seiring dengan adanya perubahan kurikulum di Indonesia tentu akan mengubah substansi materi yang harus dipelajari oleh peserta didik karena format kurikulum yang berkembang menyesuaikan tuntutan perkembangan zaman dan juga pergeseran paradigma. Oleh karena semakin kompleksnya materi yang diberikan pada peserta didik, maka apabila guru tetap menggunakan acuan asesmen tradisional (dengan paper and pencil test) sebagai dasar utama membuat keputusan maka hasilnya kurang dapat menilai secara holistik. Sehingga diperlukan bentuk asesmen lain yang disebut asesmen alternatif.
Dalam hal ini berarti bahwa adanya asesmen alternatif merupakan perkembangan baru dari asesmen tradisional. Dengan kata lain, asesmen alternatif tidak menghilangkan peran dari asesmen tradisional tetapi sebagai suplemen atau pelengkap sehingga kemampuan hasil belajar peserta didik dapat dideskripsikan secara holistik.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1) Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk mengases kinerja atau hasil belajar peserta didik. Ada kalanya asesmen alternatif juga dapat disebut dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja.
2) Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide for Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen alternative berupa asesmen kinerja (Performance Assessment), asesmen informal (informal assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek (Project) , investigasi atau penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, dan Evaluasi diri oleh siswa (Self Evaluation).
3) Dari masing-masing betuk penilaian terdapat kelebihan serta kekurangan yang dimiliki ataupu kendala-kendala dalam proses pelaksanaannya.
4) Asesmen alternative merupakan perkembangan baru dari asesmen tradisional. Dengan kata lain asesmen alternative tidak menghilangkan peran dari asesmen tradisional.











DAFTAR RUJUKAN

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Basuki, Imam Agus. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Mertler, Craig A. 2009. Classroom Asessmen : Overview assessment techniquet. Power Point ke-4.